Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kaligrafer Dunia Ibnu Bawwab

Ibnu bawwab yang nama lengkapnya abu al-hasan ali ibn hilal, merupakan anak seseorang penjaga pintu istana baghdad, tetapi terdapat yang mengatakan bahwa beliau merupakan putra seorang kuli. Bawwab berarti penjaga pintu. Ia dikenal pula al-sitri. Ia menjalani kehidupan yang lebih tentram, namun sejarah hidupnya dapat menjelaskan tentang posisi kaligrafi dalam banyak sekali cara. 


Beliau memulai kariernya menjadi dekorator yang menghias tempat tinggal dengan gambar-gambar, kemudian melanjutkannya dengan menghias kitab-kitab dengan menggunakan aneka gambar, dan  akhirnya menghasilkan kaligrafi. Keahliannya ini menjadikannya berhasil meningkatkan kariernya pada bentuk seni yang lebih tinggi. Beliau diangkat menjadi seseorang mubaligh masjid mansur pada baghdad, sebuah posisi yang tidak selaras menggunakan penceramah pada sholat jum’at (khatib).

Pada suatu saat ibnu bawwab mengurus perpustakaan baha’ al-daula di syiraz serta dia sendiri menceritakan sekelumit kisah ini dia berasal sana yg dilaporkan oleh yaqut: suatu hari pada tumpukan buku-kitab yang sudah disisihkan, ia menemukan sebuah buku bersampul hitam yg ternyata ialah bagian dari al-qur’an tiga puluh jilid yang ditulis oleh ibnu muqlah. 

Kitab ini mengakibatkan kekaguman yg luar biasa. Di perpustakaan tadi berhasil ditemukan dua puluh sembilan jilid, tetapi satu jilid masih belum ditemukan. Waktu ia memberikan info ini kepada baha’ al-daula yg dianggap terakhir ini lalu memerintahkan buat melengkapi karya tersebut. Ibnu bawwab memberikan diri buat menuliskan jilid yg hilang itu dengan syarat ia menerima jubah kehormatan dan  uang seratus dinar Bila jilid baru yang ditulisnya tidak bisa dibedakan dengan jilid-jilid lain. Kondisi itu diterima, kemudian ibnu bawwab mencari beberapa kertas tua yang diperkirakan sama menggunakan kertas jilid yang hilang itu dengan baik dan  didesain supaya tampak usang, kemudian dijilid dengan sampul tua yg diambil berasal kitab lain.

Waktu baha’ al-daula menanyakan hal itu setahun lalu, ia melihat tiga puluh jilid dibawa kehadapannya dan  menelitinya menggunakan cermat sebelum mengambil satu jilid yg baru ditulis, kemudian beliau menganggap bahwa semuanya ialah karya ibnu muqlah. Ibnu bawwab tidak menerima bayaran yang sudah disetujui, tetapi permohonannya buat mempunyai semua potongan kertas cina yang terdapat pada perpustakaan, yg cukup buat keperluan beberapa tahun dikabulkan. Konon terdapat dua jenis kertas di perpustakaan itu yaitu kertas samarkand serta kertas cina.

Kisah itu menyiratkan bahwa goresan pena ibnu bawwab tidak jauh tidak sinkron dengan tulisan ibnu muqlah yang menjadi pedomannya dalam menulis. Kita tidak mengetahui apa perbedaan yg ada diantara mereka, namun biografi beberapa orang pada abad ke 2 belas dan  ketiga belas menyatakan bahwa mereka mengikuti metode ibnu muqlah dan  ibnu bawwab. Seorang berkata bahwa ia memakai metode ibnu muqlah buat menulis buku-kitab   serta metode ibnu bawwab buat menulis surat-surat. Goresan pena kedua pakar kaligrafi tadi sangat diminati oleh para kolektor serta mendapat harga yg tinggi.

Yaqut menceritakan sebuah surat yang terdiri dari sembilan puluh baris berisikan hal-hal sepele yg ditulis oleh tangan ibnu bawwab sudah terjual dengan harga tujuh belas dinar serta lalu dijual lagi menggunakan harga dua puluh 5 dinar. Semangat para kolektor itu menyebabkan adanya pemalsuan. Kita sudah melihat bahwa beberapa pabrik kertas pula menginstruksikan untuk membentuk kertas kuno sintesis. Hal ini bekerjasama dengan fenomena bahwa ibnu bawwab sendiri memalsu karya seorang maestro yang terdahulu. Yaqut menceritakan ihwal seseorang kaligrafi abad ketiga belas yg membeli selembar tulisan ibnu bawwab dengan harga empat puluh dinar. Dia menyalinkannya diatas kertas lama   serta menyampaikan salinan tersebut kepada seorang penjual kitab   yang menjualnya sebagai tulisan ibnu bawwab menggunakan harga enam puluh dinar.

Ibnu bawwab ialah penulis kaligrafi hafal al-qur’an serta menulis 64 mushaf. Salah  satunya, yang ditulis menggunakan gay raihani, disimpan pada masjid leleli di istanbul. Dia penemu serta pengembang gaya goresan pena raihani dan  muhaqqaq. Al-bawwab yang berhasil membentuk mazhab kaligrafi pada baghdad, mati tahun 1022 m dan  dimakamkan pada dekat makam imam ahmad ibn hanbal. Tidak diketahui lepas kelahirannya.

Di masa mudanya, ibnu bawwab belajar kaligrafi di muhammad ibn asad, kemudian muhammad ibn al-simsimani, murid ibnu muqlah. Dalam karir kaligrafinya dia lebih dikenal menjadi penerus dan  pengembang prestasi ibnu muqlah. Dialah yg menambah makna pekerjaan yang telah dirintis pendahulunya itu. Bentuk baru yang penuh estetika ini kemudian dikenal dengan al-mansub al-faiq (huruf standar yg indah ). 

Meskipun al-bawwab yang di mulanya dikenal sebagai dekorator rumah (house painter) dan  ilustrator buku, namun beliau lebih menonjol pada membuatkan serta mempercantik keenam gaya goresan pena yang terdapat saat itu (al-aqlam al-sittah). Perhatiannya terutama dicurahkan di gaya naskhi dan  muhaqqaq yang secara ideal selaras dengan kejeniusannya. Ibnu bawwab mendirikan sekolah kaligrafi yang dikenal sampai masa yaqut al-musta’shimi. Meskipun dia poly berkarya, tetapi sekarang hanya beberapa saja yg bisa terdokumentasi. Dua halaman al-qur’annya, berukuran 17,lima x 13,lima cm bertahun 1001 m, kini tersimpan pada perpustakaan chester beatty, dublin irlandia.

Post a Comment for "Kaligrafer Dunia Ibnu Bawwab"